Sabtu, 09 Desember 2017

Kuliner Indonesia Setelah Tidak Ada Bondan Winarno

Masakan Indonesia - Nama Bondan memang telah menjadi ikon tersendiri dalam perkembangan kuliner Indonesia. Meski latar belakang kariernya adalah wartawan, namun namanya mulai naik daun dan melekat dengan dunia kuliner setelah pada 2005 ia menjadi pemandu acara kuliner di sebuah stasiun televisi swasta, yaitu Bango Cita Rasa Nusantara yang kemudian berganti nama menjadi Wisata Kuliner.


Sebelumnya menjadi pesohor di televisi, sejak awal tahun 2000 sebenarnya Bondan telah menaruh perhatian terhadap berbagai isu kuliner melalui kolom Jalan Sutra yang diasuhnya di surat kabar Suara Pembaruan. Nama kolom ini kemudian berkembang menjadi nama komunitas kuliner yang mula-mula dirintisnya melalui milis pada 2003. Anggota komunitas Jalan Sutra kini mencapai ribuan orang yang tersebar di dalam dan di luar negeri.

Semboyan khasnya, "maknyus", yang selalu diucap ketika mengomentari hidangan lezat di setiap episode Wisata Kuliner telah menjadi tren –bahkan hingga kini– di kalangan pemirsa setianya. Melalui konsep "wisata kuliner", makan-makan enak dalam setiap kesempatan plesir seolah telah menular dalam kebiasaan banyak masyarakat Indonesia. Bahkan beberapa tahun lalu di dekat kampus Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta ada sebuah warung nasi yang memasang spanduk bergambarkan figur Bondan dengan senyum khasnya sembari mengangkat ibu jari yang dilingkarkan ke telunjuknya.

Entah tentang pemasangan poster itu direstui Bondan atau tidak, tapi setidaknya ini membuktikan, citra Bondan sebagai selebritas televisi dengan kata "maknyus"-nya memang telah menjadi trade-mark tersendiri dalam industri kuliner.

Demikianlah citra umum yang melekat pada Bondan. Meski begitu, di mata saya citra umum itu justru meluputkan citra spesial Bondan sendiri sebagai jurnalis dan penulis yang punya kalam tajam dalam memikirkan persoalan kuliner Indonesia. Sepembacaan saya terhadap tulisan-tulisan Bondan yang tersebar di berbagai media cetak, alih-alih sekadar "maknyus" untuk dinikmati, kuliner Indonesia sebenarnya menyimpan berbagai permasalahan yang dipikirkan secara reflektif dan cermat olehnya.

Misalkan saja artikel Bondan di Kompas, 12 September 2009 bertajuk Pameran Pusaka Bersama merefleksikan begitu bagus bagaimana ia mencoba menengahi sengketa saling klaim rendang antara Indonesia dan Malaysia. Bondan menyatakan bahwa seyogianya rendang dijadikan sebagai shared heritage (pusaka bersama) oleh orang Minang dan Pahang (Malaysia), mengingat secara historis orang-orang Pahang notabene merupakan migrasi orang-orang dari Minang. Wajar jika kalio yang dikonsumsi orang-orang Pahang punya ciri tidak jauh berbeda dengan rendangnya orang-orang Minang.

https://halomuda.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar